as far as the eye could see would look fine or regular shape and we can enjoy, areal form close to us and stick with our days,which form an impression,message,pleasure,sorrow,struggle, optimism,arrogance,isme2,absurdivitas and love that melt into a visual language through the senses of the eys and hearts toward the eye that can see the honesty of a simple but not transparent.

narasi simbolik

NARASI SIMBOLIK DALAM SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA

PhD Theses from JBPTITBPP / 2007-12-06 15:18:33
Oleh : Acep Iwan Saidi (NIM: 37003002), Department of Art
Dibuat : 2007-08-00, dengan 9 file

Keyword : Narrative; symbol; symbolic narratives; comtemporary arts; hermeneutics; structuralism.
Kepala Subjek : Art

Abstrak:

Disertasi ini bertajuk Narasi Simbolik dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Di dalamnya dianalisis tentang struktur dan pola narasi simbolik seni rupa kontemporer Indonesia. Di samping itu, dibahas juga aspek tematik di balik narasi tersebut. Seni rupa kontemporer yang dianalisis dibatasi pada tujuh perupa, yakni Tisna Sanjaya, Heri Dono, Agus Suwage, Arahmaiani, Dede Eri Supria, Ivan Sagita, dan I Gusti Ayu Kadek Murniasih. Pembatasan ini dilakukan berdasarkan beberapa alasan, antara lain eksistensi seniman pada zamannya dan kesesuaian karya sebagai subjek penelitian dengan topik disertasi.Pilihan atas topik narasi simbolik dilakukan dengan pertimbangan pada kemenarikan topik ini diangkat sebagai bahan penelitian. Dalam sejarah dan wacana seni rupa Indonesia, penyebutan dan pengkategorian atas seni rupa yang bersifat naratif sering dilakukan orang. Akan tetapi, sejauh ini belum ada kajian akademik yang mendalam dan terstruktur tentang apa dan bagaimana sebuah

karya rupa bisa disebut naratif. Melalui penelitian disertasi ini penulis telah menemukan jawaban atas persoalan tersebut. Dengan menggunakan metode struktural Ferdinand de Saussure dan hermeneutika Paul Ricoeur, dalam disertasi ini dikemukakan penemuan tentang

struktur dan pola narasi simbolik pada karya tujuh perupa kontemporer yang bisa digunakan sebagai salah satu model pembacaan terhadap seni rupa kontemporer Indonesia yang sejenis secara keseluruhan. Pada tahap pertama, karya rupa bisa disebut naratif jika di dalamnya terdapat

relasi antardua atau lebih elemen rupa yang membangun cerita. Elemen rupa yang dimaksud adalah peristiwa, tokoh, setting (ruang), alur (waktu), sudut pandang,

dan pola ucap. Elemen-elemen ini bisa berbanding lurus dengan apa yang dikandung dalam karya sastra sebab istilah narasi itu sendiri awalnya memang berada dalam ranah disiplin ilmu susastra. Namun, pada tahap berikutnya, karya seni rupa harus dibedakan dengan sastra. Karya rupa bercerita dalam tanda tanda visual yang membutuhkan pemahaman lebih jauh daripada teks sastra yang berbahasa verbal. Oleh sebab itu, dalam disertasi ini narasi dalam seni rupa disebut sebagai narasi simbolik, cerita yang terbangun melalui relasi antarelemen simbolik. Narasi simbolik dalam karya rupa juga lebih banyak terbangun secara inplisit (in absentia) atau terpola dalam benak apresiator setelah melihat karya

Dalam lingkup lebih luas, melalui analisis terhadap struktur dan pola narasi simbolik juga ditemukan hubungan antara struktur dan pola tersebut dengan struktur dan pola budaya masyarakat sebagai tempat para seniman hidup dan berkarya, yakni kebiasaan bercerita yang sangat menonjol dan telah berlangsung sejak lama sebagai warisan budaya. Dengan tafsir hermeneutika yang juga menggunakan psikoanalisis Jung sebagai teori pendukung yang relevan,

ditemukan bahwa narasi simbolik dalam karya rupa itu muncul sebagai ketaksadaran kolektif (collective unconsciouse). Secara visual, ketaksadaran kolektif itu juga muncul dalam teknik mengambar yang antara lain memiliki benang merah dengan cara menggambar masyarakat prasejarah dan tradisi. Kajian atas struktur dan pola narasi simbolik demikian merupakan kajian pada

lapis bentuk. Pada lapis tematik ditemukan bahwa narasi narasi yang dibangun berkisar pada soal-soal kekinian, yakni masalah politik, gender, kemiskinan, spiritualitas, tubuh, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan tradisi dan nilai lokal dalam perspektif kontemporer. Tema-tema ini dikemukakan dalam pola ucap visual yang naratif dan memiliki benang merah dengan ketaksadaran kolektif

sebagaimana telah dikemukakan.

Deskripsi Alternatif :

Abstrct:

The title of the dissertation is the Symbolic Narratives of Indonesian Contemporary Arts. The structures and the symbolic narrative patterns of Indonesian contemporary arts as well as the themes beyond the narratives are

analyzed. The art works are limited to seven artists including Tisna Sanjaya, Heri Donos, Agus Suwages, Arahmaiani, Dede Eri Supria, Ivan Sagita, and I Gusti Ayu Kadek Murniasih. The limitation is done for some reasons including the existence of the artists in their periods and the relevance of their works as the subject of research with the topic of dissertation. The choice of symbolic narrative topic is based on the attractiveness of the topicas the object of research. In Indonesian arts history, addressing and categorizing narrative visual arts have been commonly conducted. However, a comprehensive and systematic study on what and how an art work can be regarded as narrative has not been done.

This study attempts to seek the answer of the research question. By applying Sausurre structural method and Ricoeur hermeneutics, the structures and the symbolic narrative patterns of the seven artists works can be used as a reading model for similar Indonesian contemporary arts as a whole. On the first step, an art work can be regarded as narrative if there is a relation

between two or more visual elements that develop a story. The visual elements include event, character, setting, plot, point of view, and word pattern. The elements are parallel with the content of literature works since the term narrative derived from the area of literature. Yet, on the next step, art works should be distinguished from the literature. Art works tell stories by employing visual signs that require a comprehensive understanding than the literature works using verbal language. Therefore, in this dissertation, narrative in visual arts is called symbolic narrative the story that is developed through the relation between symbolic elements. The symbolic narratives in visual arts are more developed implicitly (in absentia) or patterned on the appreciators minds after seeing the works (after image).

On a broader scope, through the analysis of structures and the symbolic narrative patterns a relation between the structures and symbolic narrative patterns with the

structures and the patterns of culture as the place where the artists live and work is discovered. It is the distinctive tradition of telling stories, and it has been going on for ages as a culture heritage. Through the interpretation of hermeneutics adopting Jung psychoanalysis as the relevant supporting theory, it is found that the symbolic narratives in visual arts appear as the collective unconsciousness.

Visually, the collective unconsciousness also appear in the drawing technique that has a relation with the drawing method of prehistoric society and tradition.

The study on the structures and symbolic narrative patterns is a study on the form aspect. On the aspect of theme, it is found that the developed narratives revolve

around the present matters including politic, gender, poverty, spiritualism, body, and those related to the tradition and the local values in the contemporary

prospective. The themes are found in the narrative visual word patterns and has a relation with the collective unconsciousness mentioned previously.

Copyrights : Copyright (c) 2007 by Faculty of Art and Design .Information Dissemination Right @2007 ITB Central Library, Jl. Ganesha 10 Bandung,40132, Indonesia.

Copyright © 2008 - RupaRupaYgBerupa - is proudly powered by Blogger
Blogger Template